SATU SUDUT PANDANG HAL IMPOR.
Wayan Supadno.
Akhir – akhir ini, kita jika ada barang beredar berasal dari impor dan jika ada investor masuk berasal dari luar negeri (PMA) spontan masyarakat reaktif, apalagi jika itu berasal dari RRC, seperti alergi saja. Padahal hal impor dan PMA adalah hal lumrah saja karena hidup di antara banyak bangsa di atas bumi ini.
Kadang kita lupa bahwa produk kita juga banyak yang menguasai pasar di luar negeri seperti CPO, nanas, pisang, manggis, salak, mie instan dan lainnya. Begitu juga pengusaha kita yang investasi di luar negeri (jadi PMA di sana) seperti sapi di Australia dan Selandia Baru, pengembangan perumahan di Vietnam, sawit di Afrika dan lainnya. Kalau mereka juga alergi bagaimana ya ?
Hal impor sesungguhnya hal wajar bagi sebuah bangsa, banyak bangsa menjadi negara hampir total sebagai negara importir seperti Singapura. Hanya masalahnya kalau impornya lebih banyak nilainya dibanding ekspor itulah yang tidak baik, defisit. Lebih lucu lagi kalau barang yang diimpor jumlah besar suatu negara tersebut tapi diproduksi di negara lain, seperti Amerika saat ini nilai impor dari RRC besar tapi juga banyak merk dagangnya dari Amerika.
Banyak publik yang tak sadar bahwa adanya impor karena banyak sebab dan banyak tujuan sekaligus banyak akibatnya. Bahwa menjaga inflasi bagi sebuah negara sangat penting, adanya impor juga kadang demi menjaga inflasi, agar harga terkendali maka inflasipun tidak naik liar lalu jumlah kemiskinan bisa terus dikuranginya dengan pendekatan daya beli yang lebih baik, melalui harga murah atau peningkatan pendapatan masyarakat.
Beberapa waktu lalu sibuk hal bawang putih dan cabe yang sempat memgoreksi angka inflasi lalu impor maka terkendali lagi, saat ini harga tiket pesawat mahal sudah berjalan berbulan – bulan dampaknya ongkos kirim barang cargo mahal lalu daya beli turun, jika tidak jeli maka akan menggannggu inflasi lagi walau tidak langsung. Begitu usulan para pemain hotel dan wisata ke Bp Presiden agar dibuka penerbangan PMA agar harga tiket murah, karena yang berani tampil RRC maka medsos bising lagi. Katanya, RRC lagi. Hehe.
Kenapa RRC saat ini begitu dahsyatnya bahkan berani melawan Amerika ?
Tahun 1978 RRC angka kemiskininan 97% saat ini hanya 3%.
Kiatnya pembangunan sumber daya manusia, transformasi generasi muda pedesaan jadi pengusaha pertanian, gerakan sarjana jadi pengusaha, inovasi membumi dan infrastruktur yang nyaris sempurna. Tiba saatnya pengusahanya berjumlah banyak, merekalah ” pasukan mesin pencetak uang ” sekaligus pengumpul dana untuk negaranya komulatif jumlah sangat besar, seakan meluber lalu buat ekspansi ke berbagai negara di manapun juga yang berpotensi di atas bumi ini.
Lalu..
Jika kita bangga dengan PMA, apa tidak lucu yang mereka kelola SDA kita. Sebabnya PMA hadir di Indonesia cuma satu yang paling menonjol yaitu Indonesia kekuarangan ” pasukan pencetak dana besar yang dijadikan investor , yaitu pengusaha “. Agar tidak perlu lagi menghadirkan PMA.
Maka mari kita bersama – sama bersinergis melahirkannya demi masa depan Indonesia milik kita.
Selamat berlibur bersama keluarga ..
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani