INDONESIA KEKURANGAN PETANI PANGAN.
Wayan Supadno.
Kalau di negara maju seperti di Jerman dan Prancis komposisi jumlah petani mudanya justru mendominasi akibat makin sadar bahwa milyaran manusia di atas bumi ini kelak tetap butuh pangan. Beda dengan di Indonesia negara agraris, menurut data BPS 2014 hasil Sensus Pertanian yang diadakan 10 tahun sekali petani muda hanya 12% saja, lahan yang ada mengalami degradasi mutunya dan luasnyapun makin menyempit 110.000 ha/tahunnya. Ini harus kita antisipasi.
Sekalipun 3 tahun terakhir total produksi pangan kita naik tajam utamanya padi dan jagung, namun tetap kurang. Tetap impor pertanda masih kurang. Kurangnya jumlah produksi selain faktor inovasi yang belum membumi, tak kalah pentingnya karena kurang luas tanam dan jumlah petani inovatif berjiwa wirausahawan, utamanya yang berusia muda. Ini catatan penting kita, karena kalau mau melihat Indonesia di masa mendatang maka lihatlah anak muda kita saat ini, masa depan kita tergantung apa yang kita lakukan saat ini. Tergantung kita.
Alternatif solusi konkritnya, membangun anak muda lebih semangat lagi bertani inovatif mandiri (berjiwa wirausaha), mengembalikan kesehatan dan kesuburan lahan dengan program remediasi lahan cara inovasi membumi, peeluasan lahan yang masih sangat banyak cadangannya di berbagai daerah/wilayah, gerakan transmigrasi massal agar pemilik lahan sempit yang biasa oleh Pemerintah disebut Petani Gurem jumlah 16 juta KK cepat terkikis jumlahnya. Yang tak kalah pentingnya membangun SDM yang mengambil peran pada ruas hilir baik ekspor maupun agroindustrinya.
Penting disadari bahwa..;
- Sekaya apapun sumber daya alam kita.
- Sebanyak apapun ahli/pakar kita.
- Secanggih apapun inovasinya.
- Sebanyak apapun dana kita.
- Sebesar apapun pasar kita.
- Sesempurna apapun Pemerintahnya.
Semua di atas akan sia – sia belaka jika tiada rohnya/jiwanya/pelakunya/petaninya yang berperan nyata
Semoga bermanfaat..
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani