Sejenak.
MENGKAJI PADI DI ERA GLOBALISASI.
Wayan Supadno.
Era globalisasi bukan lagi wacana, bukan lagi kita hanya bicara rencana dan rencana, tapi sudah berjalan. Persaingan perdagangan bebas, kita sudah masuk MEA dan AFTA. Tidak bisa lagi memghindar, suka tidak suka harus dijalani. Faktanya harga beras kita kurang kompetitif akibat biaya produksi yang paling mahal dibanding negara produsen beras lainnya. Tiap mau ada impor petani ketakutan semua, pertanda kalah harga.
Menyimak data hasil peneltian IRRI 2016, perbandingan biaya penyerta produksi padi antar negara produsen padi / beras, nampak jelas bahwa penyebab Indonesia kurang kompetitif karena :
- Sewa lahan paling tinggi.
- Kepemilikan lahan sempit 0,3 ha/KK.
- Degradasi mutu lahan C Organik 1% idealnya 4%.
- Upah buruh lepas paling tinggi.
- Bunga bank produksi tinggi.
Dalam ilmu kedokteran, jika kita sudah tahu persis tegaknya diagnosa penyakit berarti tahu persis sebab – sebabnya atas hasil anamnesa pemeriksaan fisik laboratorium radiologi dan lainnya. Terapi idealnya adalah mengurangi keluhan gejalanya (simptomatisnya), menambah ketahanannya (vitamin dan imunomodulatornya) dan terpenting obat pembunuh penyebabnya jamur, bakteri atau lainnya. Tanpa itu akan tidak bermakna prognosanya.
Artinya masalah beras kita tidak kompetitif dan petani padi kita kurang sejahtera, solusinya harus ada progja agar petani punya lahan sendiri minimal 2 ha/KK tanpa beban sewa yang didukung infrastruktur basah maupun kering, bunga bank maksimal 3% dan upah tenaga mahal solusinya dengan penerapan teknologi pengolahan dan pemanenan dengan sarana inovasi seperti yang sudah digalakkan selama 4 tahun terakhir ini.
Hal upah tenaga buruh lepas tanam padi di Indonesia tetmasuk paling mahal akibat dari biaya hidup tenaga kerja yang mahal, itu sebabnya dari harga pangan termasuk beras yang mahal pula, pangan mahal akibat bunga bank yang tinggi, bunga bank tinggi akibat dari inflasi yang tinggi pula. Pencetus inflasi liar naik karena terus menerus berubah mahal harganya.
Produk turunan dari proses di atas, hampir sulit melihat petani padi makmur sejatera, dampaknya jadi tontonan masyarakat luas jadi testimoninya, akibatnya anak muda enggan jadi petani padi apalagi jika lahannya menyewa dengan harga mahal sekaligus saat bersamaan harga pasar berasnya dibatasi oleh Pemerintah. Ibaratnya kebun produksi misal sawit atau kelapa, jika dominan pohonnya usia tua dan hanya sedikit sekali yang usia muda, saatnya kebun tersebut tidak normal lagi produksi karena usia tua maka apa yang akan terjadi jika kita tanpa ada upaya khusus peremajaan kebun tersebut padahal buahnya sangat ditunggu umat makin banyak ?
Selamat direnungkan..
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani